Selasa, 20 Januari 2009

PENGEMBANGAN PEMIKIRAN TUJUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

PENGEMBANGAN PEMIKIRAN TUJUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir

pada mata kuliah “Perkembangan Pemikiran PAI ”




Disusun Oleh:

MOH. EKO SUPRAYITNO

NIM: 243 052 137

Dosen Pengampu :

Dr. M MIFTAKHUL ULUM, M.Ag

Jurusan Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PONOROGO

2009

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) – dengan berbagai coraknya- berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis); tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.

Bertolak dari problematika tersebut di atas, di Islam pun dikenal dua sistem pendidikan yang berbeda proses dan tujuannya. Pertama, sistem pendidikan tradisional yang hanya sebatas mengajarkan pengetahuan klasik dan kurang peduli terhadap peradaban teknologi modern; ini sering diwarnai oleh corak pemikiran Timur Tengah. Kedua, sistem pendidikan modern yang diimpor dari Barat yang kurang mempedulikan keilmuan Islam klasik. Bentuk ekstrim dari sistem yang kedua ini berupa universitas modern yang sepenuhnya sekular dan karena itu pendekatannya bersifat non-agamis. Para alumninya sering tidak menyadari warisan ilmu klasik dari tradisi mereka sendiri.

Percabangan sistem pendidikan tersebut di atas (tradisional-modern) telah membuat lambang kejatuhan umat Islam. Jika hal itu tidak ditanggulangi maka akan mendangkalkan dan menggagalkan perjuangan umat Islam dalam rangka menjalankan amanah yang telah diberikan Allah SWT. Allah telah menjadikan umat manusia di samping sebagai hamba-Nya juga sebagai khalifah di muka bumi, sehingga peranannya disamping mengabdikan diri kepada Allah juga harus bisa mewarnai dunia empiris.

Dikotomi keilmuan dalam pendidikan Islam; antara ilmu agama (Islam) dan ilmu umum (Barat) telah menimbulkan persaingan di antara keduanya, yang saat ini –dalam hal peradaban- dimenangkan oleh Barat, sehingga pengaruh pendidikan Barat terus mengalir deras, dan ini membuat identitas umat Islam mengalami krisis dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan umat Islam dalam menghadapi pengaruh Barat itu membuatnya bersifat taqiyah; artinya, kaum Muslimin lebih menyembunyikan identitas keislamannya, karena rasa takut dan malu. Sikap seperti ini banyak melanda umat Islam di segala tingkatan; baik di infrastruktur maupun suprastruktur; level daerah maupun nasional.

II. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

a) Pengertian pendidikan secara umum, perspektif islam dan perspektif mnasional

b) Ruang lingkup pendidikan

c) Tujuan pendidikan nasioanal, khusus dan tujuan pendidikan umum

d) Tujuan pendidikan menurut tokoh zaman klasik, pertengahan dan zaman modern

BAB II

PEMBAHASAN

I..Definisi Pendidikan Secara Umum

Definisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :

a. Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.[1]

b. Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

c. Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang.[2]

d. Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

e. Menurut Ahmad D Marimba menyatakan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. [3]

f. Menurut Muhammad amin mengatakan bahwa pendidikan mencakup beberapa dimensi yaitu badan, akal, perasaan, kehendak dan seluruh unsure jiwa manusia serta bakat-bakat dan kemampuanya. Sedangkan pendidikan itu sendiri meripakan upaya untuk menggembangkan bakat dan kemampuan individual sehingga potensi-potensi kejiwaanya dapat diaktualisasikan secara sempurna dan merupakan kekayaan dalam diri manusia yang amat berharga.[4]

g. Pendidikan menurut UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat (1) adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[5]

A. Definisi Pendidikan Menurut Islam

a. Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori.[6]

b. Abudin Nata menyatakan bahwa ciri-ciri pendidikan islam adalah :

§ Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah tuhan di muka bumi dengan senbaik-baiknya.

§ Mengarahkan agar manusia melaksanakan tugas kekhalifahanya di bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada allah swt.

§ Mengarahkan manusia agar ber akhlaq mulia.

§ Membina dan mengarahkan potensi, jiwa, akal, dan jasmaninya sehingga memiliki ilmu, akhlaq, tyang dapat menunjang tugas kekhalifahanya.

§ Mengarahkan agar manusia dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.[7]

Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).

B. Definisi Pendidikan Menurut Perspektif Nasional

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya pedagogis untuk menstranfer sejumlah nilai yang dianut oleh masyarakat suatu bangsa kepada sejumlah subjek didik melalui proses pembelajaran. Sistem nilai tersebut tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar pandangan hidup bangsa itu. Rumusan pandangan hidup tersebut kemudian dituangkan dalam Undang-Undang Dasar dan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Dasar dan perundang-undangan itu pandangan filosofis suatu bangsa di antaranya tercermin dalam sistem pendidikan yang dijalankan.

Bagi bangsa Indonesia, pandangan filosofis mengenai pendidikan dapat dilihat pada tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 paragraf keempat. Secara umum tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian secara terperinci dipertegas lagi dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

1. Pendidikan Keimanan

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.” (Q.S 31:13)

Bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan anak?

  • Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan)
    Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, bertingkah laku positif.
    Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R Bukhari)
    Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan kepadanya.” (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir)
  • Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin

Seperti ketika kita bersin katakan alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan katakan bahwa uang itu titipan Allah jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti beli roti.

  • Memanfaatkan momen religius

Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum bareng.

  • Memberi kesan positif tentang Allah dan kenalkan sifat-sifat baik Allah
    Jangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “ anak yang jujur disayang Allah”.
  • Beri teladan

Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.

hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3)

  • Kreatif dan terus belajar

Sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan pertanyaan. Sebagai orang tua tidak boleh merasa bosan dengan pertanyaan anak malah kita harus dengan bijaksana menjawab segala pertanyaannya dengan mengikuti perkembangan anak.

2. Pendidikan Akhlak

Hadits dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda:

“… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”

Rasulullah saw bersabda:

Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)

Bagaimana cara megenalkan akhlak kepada anak :

  • Penuhilah kebutuhan emosinya

Dengan mengungkapkan emosi lewat cara yang baik. Hindari mengekspresikan emosi dengan cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying sepenuhnya, agar anak merasakan bahwa ia mendapatkan dukungan.

Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka …:” (H.R Bukhari)

  • Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil

Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .”(Q.S 2:42)

Seperti bahwa berbohong itu tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin itu baik.

  • Memenuhi janji

Hadits Rasulullah :”…. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi rizki kepada mereka.” (H.R Bukhari)[8]

  • Meminta maaf jika melakukan kesalahan
  • Meminta tolong/ mengatakan tolong jika kita memerlukan bantuan.
  • Mengajak anak mengunjungi kerabat

3. Pendidikan intelektual

Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan.

Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget seorang Psikolog yang membahas tentang teori perkembangan yang terkenal juga dengan Teori Perkembangan Kognitif mengatakan ada 4 periode dalam perkembangan kognitif manusia, yaitu:

Periode 1, 0 tahun - 2 tahun (sensori motorik)

  • Mengorganisasikan tingkah laku fisik seperti menghisap, menggenggam dan memukul pada usia ini cukup dicontohkan melalui seringnya dibacakan ayat-ayat suci al-Quran atau ketika kita beraktivitas membaca bismillah.

Periode 2, 2 tahun - 7 tahun (berpikir Pra Operasional)

  • Anak mulai belajar untuk berpikir dengan menggunakan symbol dan khayalan mereka tapi cara berpikirnya tidak logis dan sistematis.

Seperti contoh nabi Ibrahim mencari Robbnya.

Periode 3, 7 tahun- 11 tahun (Berpikir Kongkrit Operasional)

  • Anak mengembangkan kapasitas untuk berpikir sistematik

Contoh : Angin tidak terlihat tetapi dapat dirasakan begitu juga dengan Allah SWT tidak dapat dilihat tetapi ada ciptaannya.

Periode 4, 11 tahun- Dewasa (Formal Operasional)

  • Kapasitas berpikirnya sudah sistematis dalam bentuk abstrak dan konsep

4. Pendidikan fisik

  • Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu melakukan aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah

“ Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.” (HR. Thabrani)

5. Pendidikan Psikis

“Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. 3:139)

  • Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih saying, pengertian, berperilaku santun dan bijak.
  • Menumbuhkan rasa percaya diri
  • Memberikan semangat tidak melemahkan[9]

II. TUJUAN PENDIDIKAN

2.1. Tujuan Pendidikan Pancasila

Rumusan formal konstitusional dalam UUD 1945 maupun dalam GBHN dan Undang-Undang Kependidikan lainnya yang berlaku adalah tujuan normative GBHN 1983 merumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :

“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan tarhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan , mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa[10]

2.2. Tujuan pendidikan dalam al-qur’an

Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah merupakan perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan baik dataran tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan bermasyarakat serta alam sekitar.

2.2. Tujuan Umum Pendidikan Manusia

a. Hakikat manusia menurut Islam

Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.

Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan didunia barat, dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi)

Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surah al Qashash ayat : 77 :

“Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu tidak boleh melupakan urusan dunia “

b. Manusia Dalam Pandangan Islam

Manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani yang tidak dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup didunia.

Manusia mempunyai aspek akal. Kata yang digunakan al Qur’an untuk menunjukkan kepada akal tidak hanya satu macam. Harun Nasution menerangkan ada tujuh kata yang digunakan :

1. Kata Nazara, dalam surat al Ghasiyyah ayat 17 :

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan”

2. Kata Tadabbara, dalam surat Muhammad ayat 24 :

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”

3. Kata Tafakkara, dalam surat an Nahl ayat 68 :

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : “buatlah sarang-sarang dibukit-bukit, dipohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia”.

4. Kata Faqiha, dalam surat at Taubah 122 :

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”

5. Kata Tadzakkara, dalam surat an Nahl ayat 17 :

“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan apa-apa? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”.

6. Kata Fahima, dalam surat al Anbiya ayat 78 :[11]

“Dan ingatlah kisah daud dan Sulaiman, diwaktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu”.

7. Kata ‘Aqala, dalam surat al Anfaal ayat 22 :

“Sesungguhnya binatang(makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa-pun.

Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 :

“Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan kedalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”.

3. Manusia Sempurna Menurut Islam

  • Jasmani Yang sehat Serta Kuat dan Berketerampilan

Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman). Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam.

Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.

Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan - perkembangan Islam telah mengetahui betapa pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan kejuruan. Mereka menganggapnya fardhu kifayah, sebagaimana diterangkan dalam surat Hud ayat 37 :

“Dan buatlah bahtera itu dibawah pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan jangan kau bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu karena meeka itu akan ditenggelamkan”.

o Cerdas Serta Pandai

Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai oleh adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai di tandai oleh banyak memiliki pengetahuan dan informasi. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut :[12]

a) Memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi.

b) Mampu memahami dan menghasilkan filsafat.

c) Rohani yang berkualitas tinggi.

Kekuatan rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal. Karena kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap oleh indera.

Islam sangat mengistemewakan aspek Qalbu. Qalbu dapat menembus alam ghaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al Qur’an tempatnya didalam kalbu.

2.3. Tujuan Pendidikan Islam (Khusus)

Esensi karakteristik pendidikan islam adalah beribadah kepada allah swt, dan konsep tujuan pendidikan islam tidak lepas dari tujuan hidup manusia yaitu untuk menjadikan pribadi-pribadi yang hamba allah swt yang bertaqwa kepadanya. Dan dapat mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akherat. Pendidikan islam merupkan salah satu aspek dari ajaran islam secara keseluruhan., karenanya tujuan pendidikan islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam islam yaitu beribadah kepadanya.[13]

Tujuan akhir pendidikaan masih bersifat umum. Untuk itu perluadanya rumuskan tujuan khususnya yang menjelaskan ayang ingin dicapai melalui pendidikan islam. Tujuan khusus harus dirumuskan lebih praktis sehingga konsep dalam pendidikan islam tidak sekedar idealis-idealis ajaran-ajaran islam di bidang pendidikan . dengan kerangka tujuan yang praktis maka dapat dirumuskan harapan –harapan yang ingin dicapai pada tahap-tahap tertentu proses pendidikan dan dapat dinilai hasil-hasilnya.

Tujuan khusus tersebut adalah tahap-tahap pengguasaan yang harus ditempuh anak didik terhadap bimbingan yang diberikan pada tiga potensi anak didik yaitu potensi aqliyah, jismiyah dan khuluqiyah. Secara serasi selaras dan seimbang. [14]

Dr. Ali Ashraf; ‘tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umunya”.

Muhammad Athiyah al-Abrasy. “the fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa)”

Syahminan Zaini; “Tujuan Pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi”.
Dari berbagai pendapat tentang tujuan pendidikan Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.[15]

Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.[16]

Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :

“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.

Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.

Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.

  1. Menurut Al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :

1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.

3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

  1. Menurut Al Abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi

1. Pembinaan akhlak.

2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.

3. Penguasaan ilmu.

4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.

Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :

1. Tujuan keagamaan.

2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.

3. Tujuan pengajaran kebudayaan.

4. Tujuan pembicaraan kepribadian.

  1. Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :

1. Bahagia di dunia dan akhirat.

2. menghambakan diri kepada Allah.

3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.

4. Akhlak mulia.[17]

  1. Menurut Abdurrahman saleh Abdullah dalam bukunya ‘educational theory a qur’anc uotlook’ bahwa pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai kholifah allah swt. Atau sekurang-kurangnya mempersiapkan kejalan yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah allah beriman kepada allah dan tunduk serta patuh secara total kepada-Nya. Dan tujuan pendidikan islam itu terdiri dari tiga komponen sifat dasar manusia yaitu : tubuh, ruh, dan akal. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan islam dapat diklasifikasikan kepada :

- Tujuan pendidikan jasmani (ahdaf al-jismiyah)

- Tujuan pendidikan rohaniah (ahdaf al-ruhaniayah)

- Tujuan social (ahdaf al-ijtimaiyyah)

- Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah)

  1. Menurut Imam Al-Ghozali yang dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan pendidikan islam diklasifikasikan kepada :

- Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada allah swt.

- Mkembentuk insane purna untuk memperoleh kebahagian hidup baik didunia maupun diakherat.

  1. Menurut Ibn Khuldun merumuskan tujuan pendidikan islam sebagaimana yng dikutip al athiyah al-abrasyi, kepada :

a) Tujuan yang berorientasi akherat, yaitu membentuk hamba-hamba allah yang dapat melaksanakan kewajiban –kewajibannya kepada allah.

b) Tujuan yang berorientasi dunia, yaitu membentuk manusia-manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.

  1. Menurut M. Djunaidi Dhany.tujuan pendidikan islam adalah sebagai berikut :

a) Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna yang terdiri dari : pendidikan hatus dapat membentuk pribadi siswa yang mana nantinya bisa menjadi bekal hidup bermasyarakat,, sebagai individu dan sebagai pekerja.

b) Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan dan meningkatkan rasa kepercayaan anak terhadap agama dan kepada tuhan.

c) Mengembangkan intelegensi anak secara efektif dan efisien agar mereka siap untuk mewujudkan kebahagiannya dimasa mendatang.

  1. Menurut Hassan langgulung dalam bukunya asas-asas pendidikan islam hasan langgulung menjelaskan bahwa tujuan pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia, atau lebih tegasnya tujuan pendidikan adalah untuk menjawab persoalan untuk apa kita hidup?? Hal ini senada dengan (QS.az-zariyat/51: 56).[18]

Dengan demikian dapat pendapat Hassan langgulung tersebut bisa dikatakan sanggat umum, dan secara khususnya setiap individu atau manusia punya pandangan masing-masing. Misalnya siapa saya ? apa kebutuhan saya ? dan saya mau jadi apa? Kira-kira tujuan yang seperti itu nantinya akan memberikan warna pada tujuan pendidikannya fersi Hassan langgulung.

Secara umum pendapat para pakar itu kelihatanya masih belum bisa memberikan gambaran kepada saya untuk merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang sesuai di tempat kita, di lingkungan kita. Kita menginginkan rumusan tujuan yang khusus tidak tumpang tindih dan menggunakan satu kategori yang tegas. Criteria itulah yang kelak akan mengarahkan kurikulum pendidikan kita. Bila tumpang tindih dan berkategori ganda. Maka perencanaan pendidikan akan amat sulit kebingungan akan muncul dalam pelaksanaanya. Mungkinkah kita dapat membuat acuan dalam membuat rumusan tujuan pendidikan yang demikian ? hanya waktu yang dapat menjawabnya?

Tatkala kita membicarakan cirri muslim sempurna , kita telah sampai pada kesimpulan bahwa muslim sempurna menurut islam ialah muslim yang :

a) Jasmaninya sehat serta kuat

Cirinya :

- Sehat

- Kuat

- Berketerampilan

b) Akalnya cerdas serta pandai

Cirinya :

- Mampu menyelesaikan masalah secar tepat dan cepat

- Mamapu menyelesaikan masalah dengan filosofis.

- Memiliki dan mengembangkan sains

- Memiliki dan mengembangkan filsafat.

c) Hatinya takwa kepada allah.

Cirinya :

o Dengan suka rela melaksanakan perintah allah dan menjauhi laranganya

o Hati yang berkemampuan berhubungan dengan alam ghaib.

BAB III

KESIMPULAN

Ø Dari pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam pada intinya adalah :

1) terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.

2) Terbentuknya kepada kesadaran hakikat dirinya sebagaihamba allah yang diwajibkan menyembah kepadanya ( QS adz Dzariyat 51:56) melalui kesadaran ini pada akhirnya ia akan berusaha agar potensi dasar keagamaanya (fitrah) yang ia miliki dapat tetap terjaga kesucianya sampai akhir hayatnya. Sehingga ia hidup dalam keadaan beriman dan meninggal dengan juga dalam keadaan beriman (muslim )

3) Terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah allah di muka bumi dan selanjutnya dapat ia wujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. (QS al-baqarah 2: 30 dan 38:26). Melalui kesadaran ini seseorang akan termotifasi untuk mengembangkan potensi yangt dimilikinya , meningkatkan SDM-nya mengelola lilk dengan baik, sehingga pada akhirnya ia akan mampu memimpin keluarganya masyarakat (QS.66: 6) dan alam sekitar(QS. Shaad 28).

Ø Tujuan pendidikan islam adalah sesuitu yang diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir tujuan ini diklasifikasikan kepada : tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional.

Ø Banyak sekali konsep yang ditawarkan oleh para ahli tentang tujuan pendidikan islam, baik pada zaman klasik. Zaman pertengahan, maupun zaman modern ini. Namun dapat dipahami bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan tersebut merupakan bukti adanya usaha yang dilakukan para intelektual muslim dan masyarakat muslim umumnya untuk menciptakan suatu system yang baik bagi masyarakatnya.

Namun demikian berkembaangnya pemikiran tentang tujuan pendidikan islam tidak pernah melenceng dari prinsip dasar yang menjadi asas berpijak dalam pengembangan tujuan pendidikan islam yang dimaksud. Diantara prinsip –prinsip tersebut adalah prinsip universal, keseimbangan, kejelasan, dinamis, dan relevan.

DAFTAR PUSTAKA

- H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana Grafika. Bandung. 1999.

- Tafsir Ahmad , Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam(Bandung : Remaja rosdakarya 1984),

o http://udhiexz.wordpress.com/2008/04/12/ilmu-pendidikan-dalam-perspektif-islam/ diakses tgl 6 jan 09

- Uhbiyati Nur., Ilmu Pendidikan Islam., (CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998)

- Nata Abudin, Filsafat Pendidikan Islam(Jakarta : logos wacana ilmu,1999)

- Basuki, Ulum miftahul M,, Penggantar Ilmu Pendidikan Islam., (Stain Po Press, Ponorogo, 2007)

- User usman Moh, menjadi guru professional (bandung : remaja Rosdakarya, 2001),

- http://kahmiuin.blogspot.com/2007/08/konsep-pendidikan-dalam-al-quran-dan.html.diakses tgl 05 jan 09

- Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Pres. 2002)

- Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II,( Bumi Aksara, Jakarta, 1995.)

- Hanafi Ahmad, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV,( Bulan Bintang, Jakarta, 1990).



[1] H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana Grafika. Bandung. 1999.h.7

[2] Ibid., 7-8

[3] Ahmad tafsir, ilmu pendidikan dalam perspektif islam(Bandung : Remaja rosdakarya 1984),34

[4] Muhammad amin, konsep masyarakat islam (Jakarta : fikahati aneka , 1992), 93

[5] http://ayatulhaq.wordpress.com/2008/06/14/tujuan-pendidikan-Islam/ diakses tgl 03 jan 09

[6] Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., (CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998)h.36

[7] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam(Jakarta : Logos Wacana Ilmu,1999) 53

[8] Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV,( Bulan Bintang, Jakarta, 1990).98

[9] Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, (Pustaka Setia, Bandung, 2000) 67

[10] H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan,.165

[12] Dr. Ahmad tafsir, ilmu pendidikan dalam perspektif islam, bandung. Pt : remaja rosdakarya, 2001. 41-43

[13] Basuki, M,miftahul Ulum, Penggantar Ilmu Pendidikan Islam., (Stain Po Press, Ponorogo, 2007)37

[14] Moh user usman, menjadi guru professional (bandung : remaja rosdakarya, 2001), 4

[16] Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II,( Bumi Aksara, Jakarta, 1995.)116

[17] [17] Dr. ahmad tafsir, ilmu pendidikan dalam perspektif islam. 49

[18] Arief Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta : ciputat pres. 2002)24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar